Dari Nol Hingga $7 Juta: Bagaimana Kami Mengatasi Krisis Oksigen

Dari Nol Hingga $7 Juta: Bagaimana Kami Mengatasi Krisis Oksigen

Salah satu momen paling berarti bagi kami di tahun 2021 adalah kesempatan istimewa menjadi relawan untuk Oxygen for Indonesia. Kami ingin membagikan kisah ini kepada Anda, para donatur dan mitra kami, sebagai ucapan terima kasih. Tidak satu pun pencapaian kami akan terwujud tanpa kemurahan hati Anda yang begitu besar.

Bersama-sama, kita berhasil mengumpulkan lebih dari tujuh juta dolar untuk upaya penanganan oksigen dan Covid. Kita telah menyalurkan dua ribu lima ratus konsentrator oksigen dan meningkatkan jumlah fasilitas Pengolahan Oksigen (PSA) di Indonesia dari enam puluh tiga menjadi seratus satu. Sungguh banyak orang telah terlibat, dan inilah kisah kami.

Pada bulan Juni, angka kematian akibat Covid mencapai 40.000 per hari. Begitu banyak dari relawan kami kehilangan rekan kerja, teman, dan orang terkasih. Saat itulah kami memutuskan untuk mendirikan Oxygen for Indonesia, dengan misi mengoordinasikan penggalangan dana dan pengiriman peralatan oksigen senilai sepuluh juta dolar ke rumah sakit yang membutuhkan.

Oxygen for Indonesia sepenuhnya terdiri dari para relawan, tanpa badan hukum atau rekening bank. Para anggota tim dikumpulkan secara mendadak dari berbagai startup dan perusahaan modal ventura (VC) dalam satu akhir pekan di bulan Juli. Beberapa gerakan bantuan Covid yang diprakarsai oleh startup melebur menjadi satu, dengan relawan [WBW] dan [IDPB] memberikan pondasi bagi tim. Lebih dari enam puluh pendiri startup, pemilik VC, dan mitra korporat bergabung di akhir pekan yang sama.

Saat mulai bekerja, kami menemukan segunung tantangan yang harus diatasi untuk menyalurkan peralatan oksigen ke rumah sakit. Misalnya, bagaimana cara menggugah kesadaran donatur di Indonesia dan luar negeri untuk penggalangan dana? Bagaimana seharusnya alur dana, pajak, dan audit dikelola? Untuk pengadaan: Bagaimana cara memutuskan model alat yang tepat? Bagaimana mengamankan stok di saat peralatan sangat dibutuhkan di semua tempat? Bagaimana melewati bea cukai dan mendapatkan pembebasan pajak? Untuk pengiriman: Bagaimana menentukan rumah sakit yang menjadi prioritas bantuan? Bagaimana memastikan barang terlacak dan tidak dicuri? Dan bagaimana cara melatih staf rumah sakit menggunakan peralatannya?

Semakin banyak tantangan muncul, terkadang membuat kami ragu apakah bisa mencapai tujuan. Karena target pendanaan sepuluh juta dolar kami sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan kampanye penggalangan dana terbesar saat itu, muncul pertanyaan apakah target kami realistis. Saat terpaksa meminjam setengah juta dolar untuk membayar pesanan pertama karena dananya belum terkumpul, ada yang khawatir apakah kami bisa mengembalikan pinjaman tepat waktu. Ketika pengiriman konsentrator tertunda terus-menerus, kami bertanya-tanya apakah pengiriman akan tiba cukup cepat sehingga bantuan benar-benar berarti. Dan saat harus bergeser dari konsentrator oksigen ke fasilitas PSA yang membutuhkan instalasi, kami bertanya-tanya apakah proses internal kami mampu menangani kompleksitas itu.

Untungnya, sejak awal sudah ada para pemimpin yang secara sukarela membagi tanggung jawab atas berbagai tujuan berbeda. Timmy dari Kitabisa dan Andy Noya dari Benih Baik berkolaborasi menggandeng para selebritis untuk menggalang dana. Alyssa, yang bekerja di Sequoia Capital, memimpin proses penggalangan dana dari mitra korporat. David dari Bukuwarung mengelola alur dana global dan proses audit. Michael, pengacara Halodoc, memimpin pemilihan vendor dan memastikan pelatihan serta instalasi dilakukan dengan benar di rumah sakit. Alvin dari AC ventures menangani bea cukai dan pembebasan pajak. Dan Robert dari Waresix serta Boris dari Advotics mengoordinasikan pengiriman dan pelacakan peralatan. Terakhir, Martin dari East Ventures memimpin kantor manajemen proyek, mengoordinasikan rapat rutin di hari Senin dan jadwal proyek di semua alur proses. Setidaknya lima puluh relawan lain dari lebih dari enam puluh perusahaan turut serta dalam tim-tim ini, bekerja di sela-sela pekerjaan utama mereka.

Maka, bisa dibayangkan betapa leganya kami saat semua mulai berjalan lancar. Para mitra dari perusahaan VC dan CEO startup berinisiatif mengirim email dan pesan WhatsApp, menutup satu demi satu kesepakatan. Seorang YouTuber dengan 10 juta pengikut, Atta Halilintar, membuat laman penggalangan dana dan segera diikuti oleh sembilan belas selebritis lainnya, total menghasilkan lebih dari dua puluh empat ribu sumbangan individu. Dan, meskipun banyak tertunda, melihat foto-foto konsentrator oksigen tiba di bandara memberi semangat pada semua yang terlibat. Senyum tulus dari staf rumah sakit setiap kali foto konsentrator tiba muncul di grup WhatsApp kami menjadi kecanduan kecil kami.

Masalah yang Harus Kami Pecahkan


Dukungan penuh untuk berkolaborasi dari Aqsha dan tim yang bertanggung jawab atas pasokan oksigen nasional sangat penting dalam mengatasi kompleksitas instalasi fasilitas pengolahan oksigen, dimana kami juga harus memantau pembangunan di rumah sakit setempat. Kunjungan Menteri Kesehatan ke gudang untuk memeriksa konsentrator juga memberi suntikan semangat luar biasa.

Tapi mungkin aspek paling berharga dari gerakan ini adalah bagaimana hampir semua gerakan terkait penyaluran oksigen bersatu padu. Satu demi satu gerakan bergabung seperti bola salju raksasa yang menggelinding cepat dan bekerja sama. IDPB, Kitabisa, Benih Baik, Kadin, KBRI Singapura, YABB (GoTo), Grab... tidak satupun dari aspek tersebut penting dibanding mencapai satu tujuan bersama. Tidak memiliki badan hukum atau afiliasi justru jadi keuntungan untuk kami, karena dengan begitu menjadi netral memudahkan proses bermitra. Kami akui ini bukan hasil perencanaan, kami memang tidak punya waktu untuk mengurus itu semua. Tampaknya keberuntungan berpihak pada mereka yang berani dalam kasus ini.

Sistem Terintegrasi yang Kami Bangun Bersama untuk Mengirimkan Oksigen

Meskipun kampanye kami resmi ditutup pada bulan Oktober, alur dana internasional dan audit memerlukan waktu sehingga baru-baru ini kami bisa mengonfirmasi bahwa peralatan konsentrator dan generator oksigen senilai $7,2 juta berhasil terkumpul bersama mitra kami. Sebagian dana ini dikumpulkan langsung oleh relawan Oxygen for Indonesia. Mitra seperti Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura, GoTo, dan Grab menggalang dana secara langsung, namun memilih Oxygen for Indonesia sebagai mitra pelaksana.

Dana tersebut digunakan untuk mengirimkan 2500 konsentrator oksigen (10 liter per menit) ke [jumlah] rumah sakit. Tiga puluh sembilan fasilitas pengolahan oksigen PSA, masing-masing berkapasitas 200-300 liter per menit, akan disalurkan. Fasilitas ini dapat digunakan untuk mengisi ulang tabung oksigen dan menjadi pusat bantuan bagi rumah sakit-rumah sakit di sekitarnya. Sebagai gambaran, sebelum krisis, Indonesia hanya memiliki total 63 rumah sakit dengan fasilitas serupa.

Tugas kami belum selesai. Para relawan kami masih mengoordinasikan pemasangan fasilitas yang tersisa untuk mengantisipasi jika Omicron menyebabkan lonjakan kebutuhan oksigen lagi. Apapun yang terjadi, kami berharap fasilitas tambahan ini akan meningkatkan infrastruktur oksigen Indonesia dalam jangka panjang, terutama karena sebagian besar rumah sakit penerima bantuan berada di daerah yang sulit dijangkau.

Lebih penting lagi, kami bersyukur bahwa Anda, para donatur dan mitra, telah membuat Oxygen for Indonesia menjadi nyata. Kami menyertakan daftar lengkap donatur korporat di sini, kecuali beberapa yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. Sebagai relawan, dukungan Anda membuat kami merasa berguna di saat krisis. Tapi tak peduli apakah Anda menyumbang satu jam waktu Anda atau satu dolar, Anda telah membantu masyarakat Indonesia di saat mereka sangat membutuhkan. Untuk itu, kami akan selamanya berterima kasih kepada Anda.