Mengapa Mulai Menulis

Mengapa Mulai Menulis

Sekitar satu bulan yang lalu salah satu founder coffee shop yang saya dan teman-teman saya bantu nanya, "Mas Aldi kok jarang sharing ya di IG, padahal kalau ketemu banyak cerita yang berguna Mas?" Tidak lama kemudian ada founder lain yang bilang, "Di kayanya IG lo mesti di urus deh." Dan ia lanjut memberi contoh channel-channel youtube yang bisa menjadi acuan.

Mungkin sudah waktunya mulai berbagi cerita online. Tapi saya merasa jika melalui caption IG saya tidak bisa mengupas topik secara mendalam. Kalau Youtube terlalu repot produksinya. Sehingga saya mulai menulis.

Dalam perjalanan tulisan ini saya akan coba rangkum jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada saya. Jangan khawatir rangkuman akan tetap ada di socmed untuk yang males baca.

Sebelum mulai, kenalan dulu

Karir saya memang banyak di perusahaan rintisan. Sekarang saya adalah Komisaris Halodoc, eFishery, dan Kitabisa.com. Sebelumnya saya adalah pendiri dan CEO Mapan.id dan Gopay.

Namun banyak yang tidak tahu bahwa saya justru lebih banyak terlibat membantu di wirausaha yang bukan startup. Saya secara aktif maupun pasif punya hubungan mentorship aktif melalui klub wirausaha kecil bersama teman teman. Kita banyak bantu usaha menengah, mulai dari restoran, penginapan ekoturisme, hydroponik, pabrik beras, film, sekolah, dan lain-lain.

Selain itu, saya juga aktif di Kadin sebagai Wakil Ketua Umum, fokus ke Wirausaha. Saya tertarik masuk Kadin karena tertarik visinya Pak Arsjad yang tidak hanya membantu yang mikro dan kecil, justru dengan menjadi tuan rumah G20 dan ASEAN bagaimana membantu usaha menengah bisa tidak kalah di internasional.

Kalau ingin recharge biasanya saya main sepak bola atau skateboard dengan tiga anak saya di sekitaran rumah. Atau kalau pas punya waktu dan ombak lagi bagus, saya hobi berselancar.

Tulisan Saya Untuk Siapa?

Saya ingin membantu pemilik restoran, coffee shop, lahan pertanian kecil, hotel butik, klinik, atau bisnis apapun yang sedang di fase pertumbuhan menengah untuk naik ke level berikutnya.

Selama membangun Mapan dan Gopay, saya banyak bertemu dengan pemilik restoran, brand fesyen, dan ritel menengah. aya justru merasa yang dibutuhkan Indonesia adalah lebih banyak perusahaan menengah yang bukan startup teknologi.

Karena, perusahaan menengah inilah yang dapat menjadi pemberi lapangan pekerjaan paling stabil dan pendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kreatif serta, dinamis dibandingkan dengan perusahaan besar.

Sayangnya saya lihat perusahaan menengah paling sulit mencari bantuan nasehat strategis.

Perusahaan besar punya cukup uang untuk membayar konsultan manajemen. Perusahaan mikro dan kecil bisa mengikuti proram pemerintah atau CSR yang melakukan pelatihan untuk mereka. Wirausaha masih kebanyakan bertanya kepada teman dan keluarga.

Padahal di fase inilah paling banyak pertanyaan strategis. Misalnya: Saya sudah ada sepuluh cabang, apakah sebaiknya terus menambah atau justru berbenah? Selama ini saya tidak pernah ambil uang investor, apakah perlu? Apakah lebih baik saya menambah cabang atau membuat brand baru? Keadaan geopolitik dunia sedang guncang, apa dampaknya untuk usaha saya? Kapan waktu saya memikirkan ekspor?

Maka dari itu saya akan coba fokus ke konten untuk segmen usaha menengah.